‘Gaza Baru’ Muncul Dekat RI, Perang Saudara Menggila

‘Gaza Baru’ Muncul Dekat RI, Perang Saudara Menggila

Jakarta – Sebanyak 22 orang, termasuk 20 anak-anak, tewas setelahnya junta militer Myanmar meluncurkan serangan udara. Penyerangan terjadi meskipun ada gencatan senjata kemanusiaan pasca gempa bumi yang digunakan dahsyat.

 

Melansir AFP, penduduk setempat melaporkan bahwa serangan yang dimaksud diketahui telah terjadi menghantam sebuah sekolah ke desa Oe Htein Kwin pada Senin, 12 Mei, sekitar pukul 10.00 pagi waktu setempat. Desa yang disebutkan berada sekitar 100 kilometer (65 mil) barat laut dari episentrum gempa 28 Maret lalu.

 

“Untuk pada waktu ini, total 22 warga – 20 anak-anak serta dua guru – telah lama tewas,” kata seseorang guru berusia 34 tahun di sekolah tersebut, yang dimaksud mengajukan permohonan untuk bukan disebutkan namanya.

 

“Kami mencoba untuk menyebarkan anak-anak, tetapi pesawat tempur itu terlalu cepat juga menjatuhkan bomnya,” tambahnya. “Saya belum dapat mengoleksi semua data individu yang terjebak dikarenakan para pemukim tua sedang terburu-buru.”

 

Bangunan sekolah hijau itu hancur, atap logamnya remuk dengan lubang menganga yang menembus dinding bata.

 

Lebih dari selusin tas buku yang tersebut terbengkalai ditumpuk di dalam depan tiang yang dimaksud mengibarkan bendera Myanmar di dalam luar, sementara para khalayak tua memahat kuburan kecil dari tanah yang keras untuk menguburkan jasad anak-anak merek yang mana terbungkus kain kafan.

 

Namun regu informasi junta menyatakan laporan serangan itu adalah “berita yang mana dibuat-buat”.

 

“Tidak ada serangan udara terhadap target nonmiliter,” katanya pada sebuah pernyataan.

 

Sementara Kepala PBB Antonio Guterres “sangat khawatir” oleh laporan tentang serangan itu, menurut informasi dari juru bicaranya terhadap wartawan pada New York. Ia menambahkan bahwa “sekolah harus kekal menjadi tempat yang aman bagi anak-anak untuk belajar lalu bukan dibom.”

 

Hal yang sebanding juga dikemukakan oleh Uni Eropa pada Rabu. Mereka menyuarakan keterkejutannya menghadapi serangan udara yang digunakan mematikan dalam sebuah sekolah dalam Myanmar sedang kemudian mengingatkan bahwa “para pelaku harus bertanggung jawab menghadapi kekejaman ini”.

 

“Kami merasa ngeri berhadapan dengan laporan pembantaian pada sebuah sekolah desa di Sagaing,” kata juru bicara urusan luar negeri Uni Eropa, Anitta Hipper, di dalam X. “Belasungkawa terdalam kami untuk keluarga korban, kebanyakan dari merekan adalah anak-anak.”

 

Perang saudara sudah pernah melanda Myanmar sejak militer menggulingkan pemerintahan sipil pada tahun 2021. Saat ini junta menderita kerugian besar dari sejumlah gerilyawan antikudeta serta kelompok etnis bersenjata yang mana sudah pernah lama aktif.

 

Namun, militer menjanjikan gencatan senjata sepanjang bulan ini “untuk melanjutkan proses konstruksi kembali dan juga rehabilitasi” pasca gempa berkekuatan magnitudo 7,7 di wilayah berada dalam Myanmar yang dimaksud menewaskan hampir 3.800 orang.

Next Article Perang Saudara Tetangga RI Makin Panas, Militer kemudian Milisi Adu Drone

Artikel ini disadur dari ‘Gaza Baru’ Muncul Dekat RI, Perang Saudara Menggila