Jakarta – Gambar satelit terbaru mengonfirmasi bahwa kapal induk Amerika Serikat USS Nimitz masih berpartisipasi beroperasi ke Laut China Selatan, wilayah yang berubah menjadi pusat ketegangan geopolitik akibat klaim kedaulatan China yang digunakan tumpang tindih dengan sebagian negara Asia Tenggara, diantaranya Filipina.
Kehadiran kapal induk bertenaga nuklir itu telah lama dikonfirmasi oleh Armada Urutan ke-7 Angkatan Laut AS, yang digunakan secara rutin mengatur peluncuran angkatan laut Amerika di kawasan Samudra Pasifik bagian barat.
“USS Nimitz menyediakan penampilan juga kekuatan siap tempur di kawasan operasi,” demikian pernyataan Armada Ke-7 untuk Newsweek, diambil Mulai Pekan (19/5/2025).
“Armada Urutan ke-7 adalah armada bernomor yang tersebut dikerahkan paling depan milik Angkatan Laut Negeri Paman Sam dan juga secara rutin beroperasi dengan sekutu dan juga mitra untuk mempertahankan kawasan Indo-Pasifik yang digunakan bebas juga terbuka.”
Pada Rabu, Angkatan Laut Amerika Serikat juga mengadakan upacara serah terima komando kelompok tempur kapal induk Nimitz di sedang perairan tersebut, mengonfirmasi bahwa kapal itu masih bertugas di dalam wilayah yang mana kerap dipersengketakan.
USS Nimitz, yang mulai bertugas sejak tahun 1975, merupakan kapal induk tertua di armada bergerak Angkatan Laut AS. Kapal ini meninggalkan Pelabuhan Kitsap, Bremerton, Washington pada akhir Maret sesudah itu untuk menjalankan penugasan ke Samudra Pasifik bagian barat.
Setelah sempat beroperasi di perairan timur Filipina, USS Nimitz dilaporkan telah terjadi memasuki Laut China Selatan sejak 3 Mei 2025, serta terlihat berada pada barat pulau Luzon, Filipina utara. Penugasan ini diyakini sebagai misi terakhir sebelum kapal yang dimaksud secara resmi dipensiunkan.
Kehadiran kapal induk ini terbentuk di berada dalam ketegangan yang dimaksud terus meningkat akibat klaim kedaulatan Tiongkok melawan hampir seluruh Laut China Selatan, berdasarkan apa yang tersebut disebut sebagai “hak historis.” Klaim ini tumpang tindih dengan zona dunia usaha eksklusif negara-negara lain, satu di antaranya Filipina, Vietnam, Malaysia, kemudian Brunei.
Meski Beijing bersikeras bahwa keadaan kawasan “secara umum stabil,” negara-negara tetangga lalu sekutu Barat menafsirkan bahwa penampilan militer Tiongkok pada wilayah yang disebutkan justru sudah menyebabkan konfrontasi di laut, satu di antaranya bentrokan dengan kapal nelayan juga penjaga pantai Filipina.
“Situasi pada waktu ini pada Laut China Selatan secara umum stabil. Tidak ada hambatan dengan kebebasan navigasi serta penerbangan sesuai hukum internasional,” ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, menanggapi penampilan USS Nimitz.
Sebaliknya, pemerintah dan juga militer Amerika Serikat menegaskan bahwa diperkenalkan kapal-kapal dia dalam wilayah yang disebutkan bertujuan menegakkan kebebasan navigasi serta hukum internasional.
Selain Nimitz, USS George Washington, kapal induk lainnya yang tersebut juga bertenaga nuklir, diketahui ketika ini berada pada Pangkalan Yokosuka, Jepang, menurut platform resmi pemerintah wilayah setempat yang dimaksud melacak kunjungan kapal pertempuran AS.
Dengan dua kapal induk berpartisipasi dalam Pasifik barat, Washington memperlihatkan kesiapan militer membesar di dalam kawasan yang dimaksud berubah menjadi poros strategis antara Asia Timur serta Asia Tenggara, khususnya dalam sedang meningkatnya ketegangan dengan Tiongkok.
Masih belum jelas apakah USS Nimitz akan dikerahkan kembali ke Timur Tengah, dalam mana dua kapal induk lainnya dari kelas yang mana sejenis telah dilakukan tambahan dulu ditempatkan menyusul meningkatnya ketegangan regional, teristimewa terkait konflik negeri Israel juga Iran dan juga keamanan Laut Merah lalu Teluk Persia.
Namun, hingga ketika ini, prioritas peluncuran USS Nimitz permanen berada pada Indo-Pasifik untuk menegaskan kekuatan Amerika Serikat pada hadapan dominasi maritim China.
Next Article Trump Bela Tetangga RI, Siap Dukung Penuh Bila Diserang China
Artikel ini disadur dari Siaga Perang Asia, Kapal Perang Nuklir AS Awasi ‘Pintu Gerbang’ China